Aku Ingin Menjadi Manusia yang Bercahaya
Minggu malam, dipertigaan jalan pemuda kota Sukabumi. Tempat ini menjadi tempat yang sering aku kunjungi akhir-akhir ini, bukan karena ada jajanan namun karena tempat berkumpulnya orang-orang; hebat, pintar, cerdas, politis. Ah, kalau disebutkan semua kata sifatnya tidak akan cukup.
Sengaja foto yang aku ambil adalah lampu, dari sekian banyak hal yang bisa aku foto, tetap saja aku ambil foto lampu, karena apa? Karena aku tertarik dengan cahayanya yang kemudian melahirkan inspirasi kata-kata.
Anak-anak muda zaman sekarang lebih senang berkeluyuran malam dibandingkan siang. Betul tidak? Yah, kalau gak betul berarti lingkungan kita berbeda. Banyak alasan orang lain lebih nyaman keluar malam dibandingkan siang hari, setiap orang memiliki alasannya masing-masing tapi kalau menurutku, karena malam telah terang berbeda dengan malam milik nenek moyang kita.
Malam milik nenek moyang kita hanya diterangi Bulan paling ditambah lilin ataupun obor. Sering dengar bukan, ketika kakek nenek kita bercerita masalalu milik mereka, tentang malam milik mereka?
Ketika zaman berkembang; lilin berganti menjadi lampu listrik, hutan berganti menjadi perumahan, jalan berbatu berganti jadi aspal, malam yang sepi berganti menjadi malam yang ramai.
Itulah salah satu alasan mengapa banyak yang senang keluar malam, karena malamnya sudah berbeda. Malamnya sudah ramai, malamnya sudah bercahaya tidak runyam dilihat.
Tapi coba bayangkan apabila tidak ada penerangan cahaya dari Bulan atau lampu, entah itu lampu-lampu jalan, rumah, gedung, kendaraan. Gelap bukan? Pasti akan banyak orang-orang untuk berdiam diri dirumah, enggan untuk pergi-pergian.
Ini yang menjadikan aku jatuh cinta terhadap cahaya, aku ingin menjelma menerangi Dunia, sudut-sudut kota, jalanan kota. Maksudku, aku ingin menerangi orang-orang disekitarku, mengganti gelapnya harapan mereka dengan penerangan yang mengantarkan mereka menemukan jalan hingga sampai. Aku ingin menerangi mereka yang sedang putus asa, mereka yang pilu dengan derita, aku ingin cahaya yang aku miliki memeluk, merengkuh hati dan harapan-harapan yang rapuh.
Apa, aku bisa?
Tentu saja belum, karena belum aku memutuskan berkumpul dengan orang-orang ini, mencuri-curi kesempatan untuk belajar, semoga saja aku bisa menjadi manusia yang bercahaya.
Sukabumi, 16 Januari 2022.