Siti Nur Halimah
4 min readOct 11, 2022

Malu berumur 25 tahun

Nah, loh. Kok malu berumur 25 tahun?

Setiap tahun selalu ada perayaan, meskipun perayaannya sederhana. Namun itu adalah hal yang sangat aku syukuri, Karena ternyata banyak orang yang perduli dan menyayangi, buktinya mereka mau merayakan dan berbagi do’a-do’a.

Malu, umurku 25 tahun loh.. umur yang pasti banyak dibom pertanyaan.

“karirmu gimana teh, udah bisa menunjang kehidupmu kah?”

“kapan nikah, kan udah tua toh?”

“Kapan lanjut S2, harus ada niatan dong buat lanjut pendidikan?”

“udah punya apa di umur 25 tahun, massa belum punya apa-apa?”

Dan, pertanyaan-pertanyaan lain yang kayanya mereka itu gak butuh jawaban, tapi hanya ingin bertanya aja hihihi. Namun, pertanyaan itu jadi motivasi sendiri bahwa aku harus berusaha mencapai atas pertanyaan-pertanyaan orang lain, meskipun tak harus menjadi apa yang orang lain inginkan. Iyalah, kan aku yang hidup jadi apa-apa harus sesuai dengan keputusan diri sendiri dulu.

Bukan hanya bom pertanyaan, tapi juga bom harapan hahaha.

Seperti hal sederhananya harapan orang lain bahwa aku dewasa dan bijaksana. Padahal, sampai hari ini aku sendiri bingung apakah aku sudah dewasa dan bijaksana? Aku yang selalu berpikir bahwa dewasa itu bukan perihal umur loh tapi perihal individu manusianya masing-masing. Gak sedikit tuh yang umur muda tapi udah dewasa pikirannya open minded banget dan ada pula yang umurnya udah cukup tua tapi belum dewasa.

Meskipun orang lain berharap aku sudah dewasa namun realitinya belum, mudah-mudahan harapan orang lain menjadi do’a yang kemudian membentuk aku jadi dewasa beneran.

Aku berkontemplasi berhari-hari karena merasa takut menginjak umur 25 tahun, jadi tentunya aku siap belajar jadi dewasa dan bijaksana bukan bijaksini hihi. Malu, berumur 25 tahun karena aku malu sama;

  • Allah SWT, udah berkurang umur tapi kelakuan masih seperti ini, masih leha-leha, masih mengundur-ngundur ibadah kadang pula meninggalkan. Ah, malu sekali, malaikat sudah punya buku catatan dosa yang tebel banget pastinya gak akan ada remediallan.
  • Orang tua, malu sama orang tua, udah 25 tahun belum bisa membahagiakan mereka, belum bisa banyak memberi, apalagi memfasilitasi kebutuhan mereka. Malah masih minta dan menyusahkan, padahalkan idealnya umur 25 tahun udah bisa tuh membagi materi dan non materi ke orang tua.
  • Atasan kerja, malu sama atasan kerja hihi, soalnya udah dewasa seperti ini kerja malah makin leha-leha. Masuk kerja harusnya jam 7:30 ini malah masuk jam 9:00 pagi, buset deh sadar aku tuh salah tapi kok gak bisa yah dewasa dan tanggungjawab buat datang pagi sesuai dengan jam kerja.
  • Temen, yah malu sama temen, gimana gak malu udah Gd macam aku ini masih aja moodian, nyusahin mereka dan punya otak sumbu pendek, apa-apa kebawa emosi yah kalau diasapin dikit bisa langsung kebakaran.
  • Pasangan, ini nih malu sama pasangan sendiri, uhuk umurku udah 25 tahun tapi masih macam bocil yang gak ketulungan. Masih suka jailin dia, dikit-dikit marah, dikit-dikit pengen ikut, dikit-dikit minta jajan.
  • Bahkan aku malu sama dompetku sendiri hahaha, malu diumur segini belum punya tabungan, gak ada tuh dompet tebel, sekalinya tebel bukan sama uang tapi sama kertas belanjaan. Kadang miris sama diri sendiri, 25 tahun hidup gak punya tabungan sedikitpun.
  • Malu dengan diri ini, masih malas, tidak rajin, tidak tekun, apa-apa mau praktis, gak mau belajar baru, sering buang-buang waktu dan sering overtaking gak jelas.

Namun, lagi-lagi dari rasa malu itu aku benar-benar sadar atas cinta dan kasih sayang dari orang-orang sekitar. Meraka mau menerima segala hal tentang aku bukan hanya hal baik tapi juga hal tidak baiknya; malasnya, moodiannya, sumbu pendeknya, sombongnya, ketidak dewasaannya, bahkan kesalahannya. Ketika memiliki lingkungan seperti ini menjadi dorongan keras bahwa aku harus lebih banyak belajar mengolah pikiran, mengolah perasaan. Lebih baik sih itu intinya, baik dalam banyak hal yang menunjang dunia dan akhirat.

Meskipun memang 25 tahun ini belum memiliki apa-apa, tapi faktanya aku hidup hari ini dan untuk masa depan edisi pede umur panjang haha. Stay fokus, mudah-mudahan besok punya uang sekarung hahaha.

Lagi-lagi malunya jadi rasa syukur gara-gara menulis. Dan ingat bahwa pikiran negatif akan membuatmu lelah dan menjadi jahat terhadap dirimu sendiri, apalagi orang lain.

Makasih sudah hidup dan banyak belajar, yu perbaikan lagi yah. Happy birthday ❤️.

Dokumentasi 01 Oktober 2022

Siti Nur Halimah
Siti Nur Halimah

Written by Siti Nur Halimah

Menulis adalah sandaran bahagia dan duka. Isi kepalaku riuh jika tak diurai.

No responses yet